Jumat, 29 Desember 2017

Resensi Novel "Looking for Alaska"



 Judul  : Looking For Alaska ‘Mencari Alaska’

Penulis  : John Green

Penerbit  : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit  : 2014

Tebal  : 288 hlm




Sinopsis:





Sebelum. Miles "Pudge" Halter sangat suka kata-kata terakhir yang terkenal––dan bosan dengan kehidupannya yang biasa saja. Ia masuk sekolah berasrama Culver Creek untuk mencari apa yang disebut penyair Francois Rabelais sebagai "Kemungkinan Besar". Hidupnya jungkir balik di sekolah itu, yang kadang gila, tidak stabil, tak pernah membosankan. Sebab di sana ada Alaska Young, yang menawan, pintar, lucu, seksi, kacau, dan sangat memikat. Alaska menarik Pudge memasuki dunianya, melontarkannya ke dalam "Kemungkinan Besar", dan mencuri hatinya.





Sesudah. Segalanya tak pernah sama lagi.





~~~~~




 

(Looking for Alaska first edition cover)


Author  : John Green

Cover artist  : Nolan Gadient

Country  : United States

Language  : English

Genre  : Young adult novel

Publisher  : Dutton Juvenile

Publication date  : 2005

Media type  : Print (hardback & paperback)

Pages  : 223


~~~~~


Plot





Miles Halter, terobsesi dengan kata-kata terakhir, meninggalkan Florida untuk menghadiri Culver Creek Preparatory High School di Alabama untuk tahun pertamanya, dengan mengutip kata-kata terakhir François Rabelais : "Saya pergi untuk mencari yang hebat mungkin". Teman sekamar Miles yang baru, Chip "Kolonel" Martin, dengan ironisnya menjuluk Miles "Pudge" dan memperkenalkan Pudge kepada teman-temannya: pembawa acara hip-hop Takumi Hikohito dan Alaska Young, seorang gadis cantik namun tidak stabil secara emosional. Belajar tentang obsesi Pudge dengan kata-kata terakhir yang terkenal, Alaska memberi tahu dia tentang Simón Bolívar : "Sialan, bagaimana saya bisa keluar dari labirin ini!" Keduanya membuat kesepakatan bahwa jika Pudge mengetahui apa itu labirinnya, Alaska akan menemukannya sebagai pacar. Alaska mengumpulkan Genre dengan teman sekelas Rumania, Lara. Sayangnya, Pudge dan Lara mengalami tanggal yang mengerikan, berakhir dengan gemuruh yang berdarah keras pada Lara. Alaska dan Pudge semakin dekat dan dia mulai jatuh cinta padanya, meskipun dia berkeras mempertahankan hubungan mereka dengan platonis karena dia punya pacar yang dia cintai yang dia cintai.





Pada malam pertamanya di Culver Creek, Pudge diculik dan dilemparkan ke sebuah danau oleh "Warrior Weekday," teman sekolah kaya yang menyalahkan Kolonel dan teman-temannya karena pengusiran teman mereka, Paul. Ada banyak ketegangan antara teman-teman Pudge dan Hari Kiamat karena pengusiran Paul. Takumi mengklaim bahwa mereka tidak bersalah karena teman mereka Marya juga diusir saat kejadian. Namun, Alaska kemudian mengakui bahwa dia memberi tahu Marya dan Paul kepada dekan tersebut, Mr. Starnes, untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman.





Geng tersebut merayakan serangkaian pranks dengan minum dan berpesta, dan seorang Alaska yang mabuk menceritakan tentang kematian ibunya dari sebuah aneurisma saat dia berusia delapan tahun. Meski saat itu dia tidak mengerti, dia merasa bersalah karena tidak menelepon 911. Tokoh Pudge mengatakan bahwa kematian ibunya membuat Alaska impulsif dan ruam. Dia menyimpulkan bahwa labirin itu adalah penderitaan seseorang dan bahwa manusia harus berusaha untuk menemukan jalan keluarnya. Setelah itu, Pudge semakin dekat dengan Lara, dan mereka mulai berkencan. Seminggu kemudian, setelah 'perayaan' yang lain, orang mabuk Alaska dan Pudge menghabiskan malam bersama.





Di tengah malam, Alaska menerima telepon yang menyebabkannya mengalami histeris, bersikeras bahwa dia harus pergi. Pudge dan Kolonel mengalihkan perhatian Mr. Starnes dan Alaska pergi saat mabuk, menabrak mobilnya, dan langsung mati. Kolonel dan Pudge hancur dan menyalahkan diri mereka sendiri, tapi mengetahui bahwa Alaska mungkin telah sengaja jatuh untuk bunuh diri. Mereka menemukan bahwa Alaska sedang berkendara ke makam ibunya karena dia sudah lupa ulang tahun ibunya. Kolonel berkeras untuk menanyai Jake, pacarnya, tapi Pudge menolak, karena takut mengetahui bahwa Alaska tidak pernah mencintainya. Mereka berdebat dan Kolonel menuduh Pudge hanya mencintai Alaska yang diidealkan yang dibentuk oleh Pudge di kepalanya. Pudge menyadari kebenaran ini dan berdamai dengan Kolonel.





Sebagai cara untuk merayakan kehidupan Alaska, Pudge, Kolonel, Takumi, dan Lara bergabung dengan Warday Minggu untuk menyewa seorang penari telanjang laki-laki untuk berbicara di Hari Pembicara Culver. Seluruh sekolah menganggapnya lucu; Mr Starnes bahkan mengakui betapa pintarnya itu. Pudge menemukan salinan The General of the Labyrinth di Alaska dengan kutipan labirin menggarisbawahi dan memperhatikan kata-kata "lurus dan cepat" yang ditulis di pinggiran. Dia ingat Alaska meninggal pada pagi hari setelah ulang tahun kematian ibunya dan menyimpulkan bahwa Alaska merasa bersalah karena tidak mengunjungi makam ibunya. Dengan tergesa-gesa, dia mungkin mencoba mencapai pemakaman atau mungkin telah bunuh diri karena rasa bersalah. Pada hari terakhir sekolah, Takumi mengaku dalam catatan bahwa dia adalah orang terakhir yang melihat Alaska, dan dia membiarkannya pergi juga. Pudge menyadari bahwa membiarkannya pergi tidak masalah lagi. Dia mengampuni Alaska karena sekarat, karena dia tahu Alaska akan memaafkannya karena membiarkannya pergi.


~~~~~



Looking for Alaska menceritakan seorang anak bernama Miles Halter yang—pada awalnya—memiliki kehidupan sosial yang terlampau biasa-biasa saja alias amat-sangat membosankan. Suatu hari, ia memutuskan untuk pindah ke sekolah berasrama Culver Creek , yang dulunya adalah sekolah khusus anak cowok tapi sekarang sudah menjadi sekolah asrama anak cowok dan cewek. Alasannya untuk pindah adalah 1. ) Kehidupannya di Florida—di sekolahnya yang sekarang, luar biasa membosankan; 2. ) Dia ingin mencari apa yang disebut oleh penyair Francois Rebelais ‘Kemungkinan Besar’ dalam kata-kata terakhir sang penyair.





    “Sebelum datang ke sini, untuk waktu yang lama saya berpikir bahwa cara keluar dari labirin adalah dengan berpura-pura labirin itu tidak ada, membangun dunia kecil yang mandiri di sudut belakang jaringan simpang-siur itu dan berpura-pura bahwa saya tidak tersesat melainkan berada di rumah. Tapi itu hanya membawa saya pada kehidupan yang sepi, hanya ditemani kata-kata terakhir orang-orang yang sudah mati, jadi saya datang ke sini untuk mencari Kemungkinan Besar, mencari teman-teman sungguhan dan kehidupan yang lebih berarti.”





    –Looking For Alaska, hlm. 275




Miles Halter seperti remaja pada umumnya, tanpa kenakalan, dengan perangai yang sedikit tertutup. Dad memang telah memperingati mengenai larangan merokok dan minum minuman keras, tapi kepindahan Miles di kamar barunya, mengantarnya pada pertemuan dengan seorang Chip Martin, yang serta-merta memanggilnya dengan julukan “Pudge—lemak tubuh”. Chip adalah seorang Kolonel dari sebuah grup. Dan di grup itulah Pudge bertemu dengan Alaska Young, yang menawan, seksi, pintar, lucu, sangat memikat, sangat kacau, sangat menikmati rokok, minuman keras, dan seks.


Bertemu dengan Alaska seolah membuat kehidupan seorang Pudge jungkir balik. Semuanya tak lagi sama. Tidak dengan sebuah paradigma mencetak skor terbaik pada ujian-ujian sekolah dan tidak memikirkan mengenai aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar di Culver Creek. Alaska berhasil menarik Pudge masuk ke dalam dunianya yang semrawut, bebas, liar, dan penuh euforia.


Hingga suatu ketika, sebuah insiden besar dan tiba-tiba (Alaska Young tewas dalam kecelakaan mobil) Semua orang syok, bahkan orang-orang yang tidak kenal Alaska. Membuat mereka menjadi bertanya-tanya, sesungguhnya seberapa jauhkah mereka telah mengenal satu sama lain?

Mungkin Alaska Young tidak seceriwis itu. Mungkin juga tidak seceria yang terlihat. Lantas, mengapa ia memilih jalan yang pelik untuk menuntaskan hal yang seharusnya belum tuntas?


Butuh beberapa waktu bagi Kolonel dan Pudge memulihkan diri dari kenyataan bahwa Alaska sudah meninggal. Lalu, mereka mulai melakukan penyelidikan. Seperti, kenapa Alaska bisa meninggal? Kenapa Alaska mendatangi mereka pagi itu dengan menangis dan memohon-mohon?


“Looking for Alaska” dibagi menjadi dua bab, “sebelum” dan “sesudah”. Dan rangkaian plot yang biasa itu memang terletak di awal, di bab “sebelum”. Hingga di pertengahan di subbab “Hari Terakhir” terjadi sebuah ledakan masif pada plotnya. Dan sesuai dengan blurb di sampul belakang: Sesudah. Segalanya tak pernah sama lagi.


“Looking For Alaska” membuat saya tertarik melihat sebuah “efek samping” dari kepergian Alaska Young di tengah-tengah grup. Dan peran Pudge pun tak lagi sebagai pemain tunggal, karena bukan hanya Pudge, Chip “Kolonel” Martin, Takumi, dan Laras sekalipun menjadi ikut terlibat dalam pertanyaan Alaska.




    “Bagaimana caraku keluar dari labirin ini?”





    –Looking For Alaska, hlm. 28




Sebuah pertanyaan yang akhirnya menceburkan pembaca ke dalam sebuah kolam yang sesungguhnya. “Looking For Alaska” sesungguhnya tak senaif itu, tidak juga seceria, seperti apa yang digambarkan pada bab “sebelum”, tapi dengan adanya bab “sesudah”, memerlukan lebih banyak waktu untuk mencerna, apa yang sesungguhnya ingin disampaikan John Green lewat novelnya. Dan pada akhir ceritanya, lagi-lagi cerita ini ditutup dengan plot yang memang sedikit menggantung tentang bagaimana cara Pudge keluar dari labirin.




    Jadi saya tahu Alaska memaafkan saya, seperti halnya saya memaafkan dia. Kata-kata terakhir Thomas Edison adalah, ”Indah sekali di sana.” Saya tidak tahu di mana di sana itu, tapi saya tahu “di sana” berada di suatu tempat, dan saya harap tempat itu indah.





    –Looking For Alaska, hlm. 278


Dalam novel looking for alaska John Green menceritakan tentang kisah para remaja, persahabatan, kisah cinta dan kenakalan - kenakalan remaja yang membuat novel ini menarik. Kekurangannya kata - kata yang mungkin sulit dimengerti.


~~~~~


Dalam buku John Green terdapat banyak kalimat favorit:





    Semua orang punya bakat. (hlm. 18)



    Kau harus lebih kuat daripada yang terlihat. (hlm. 20)



    Perasaan orang mudah berubah. (hlm. 43)



    Kadang-kadang kau kalah dalam pertempuran. Tapi kejahatan selalu memenangkan perang. (hlm. 75)



    Tak ada yang salah. Tapi penderitaan selalu ada. (hlm. 108)



    Ada masa ketika kita menyadari bahwa orangtua kita tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri atau menyelamatkan kita, bahwa semua orang yang mengarungi waktu padaakhirnya akan terseret arus ke laut –bahwa, singkatnya, kita semua akan pergi. (hlm. 156)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar